Journey of Fitri Thoba

MENGUNJUNGI TITIK 0KM SKOW JAYAPURA

Pada tanggal 10 Januari 2024, hari kedua saya di Jayapura, saya sudah membuat janji dengan teman online dari Couchsurfing untuk mengunjungi Perbatasan Indonesia-Papua Nugini di PLBN Skouw. Jam 10 pagi, teman saya yang bernama Dhean sudah menjemput di depan penginapan, dan kami langsung tancap menuju titik 0 KM Skouw, Jayapura.

Titik 0 KM di perbatasan Papua, Indonesia dengan Papua Nugini di Skouw, Jayapura, adalah sebuah landmark penting yang menandai ujung paling timur Indonesia. Terletak di PLBN (Pos Lintas Batas Negara) Skouw, tempat ini merupakan salah satu dari beberapa titik 0 KM yang ada di Indonesia, yang menunjukkan titik awal perjalanan di sepanjang jalan raya nasional.

Jarak tempuh dari pusat Kota Jayapura menuju PLBN Skouw, yang terletak di perbatasan Indonesia-Papua Nugini, sekitar 60 hingga 70 kilometer. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam dengan motor atau mobil, tergantung pada kondisi lalu lintas dan cuaca. Berbeda dengan pemandangan di Merauke yang cenderung datar, jalur menuju PLBN Skouw sangat indah, melintasi jalan yang berkelok-kelok dan menawarkan pemandangan alam yang memukau, termasuk pegunungan, hutan, dan pemandangan laut di beberapa titik. Pemandangan ini membuat saya tidak bisa berhenti merekam dan mengambil gambar untuk mengabadikan momen.

Untuk menuju PLBN Skouw dari Jayapura, sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi, seperti sepeda motor atau mobil. Kalian bisa menyewa kendaraan, karena ini adalah pilihan yang paling nyaman. Jaraknya cukup jauh, sekitar 60 hingga 70 kilometer, dan perjalanan memakan waktu sekitar 1,5 hingga 2 jam. Menurut saya, dengan menggunakan kendaraan pribadi, kita akan lebih fleksibel dalam mengatur waktu perjalanan dan bisa berhenti di beberapa titik untuk menikmati pemandangan.

Sebetulnya tersedia juga angkutan umum seperti bis atau angkot dari pusat Kota Jayapura menuju perbatasan. Namun, saya tidak terlalu yakin mengenai jadwalnya, dan transportasi umum ini mungkin tidak selalu tersedia sepanjang hari serta bisa kurang nyaman dibandingkan kendaraan pribadi. Jika memilih menggunakan angkutan umum, Anda perlu bersiap untuk waktu perjalanan yang lebih lama dan kemungkinan harus berganti kendaraan di beberapa titik.

Jika kalian tidak ingin repot dengan transportasi umum, menyewa kendaraan atau menggunakan jasa travel adalah opsi yang paling direkomendasikan. Jangan lupa juga mengenakan pakaian yang dapat melindungi diri, seperti baju lengan panjang atau jaket, celana panjang, dan sepatu, karena saat saya melakukan perjalanan ke sana, matahari sangat terik.

Setelah perjalanan selama 1,5 jam, akhirnya saya sampai di titik 0 KM PLBN Skouw. Setibanya di sana, saya harus menitipkan ID seperti KTP atau SIM di pos pengamanan sebagai jaminan untuk tamu yang masuk ke area. Teman saya, Dhean, kemudian menelepon salah satu temannya yang bertugas di sana, yang akan membawa kami berkeliling dan menjelaskan tentang sejarah serta hal-hal yang ada di PLBN Skouw. Tidak lama kemudian, beliau datang menjemput kami di pintu gerbang masuk. Kami pun langsung memasuki garis perbatasan, dan saya berkesempatan untuk masuk dan menyebrang ke Papua Nugini.

Saya merasa sangat beruntung karena bisa masuk dan melihat Desa Wutung Papua Nugini, Desa Wutung, yang terletak di Papua Nugini dekat dengan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw di Jayapura, Indonesia, merupakan sebuah desa yang memiliki posisi strategis di sepanjang perbatasan antara kedua negara. Terletak di Provinsi Sandaun (West Sepik), desa ini dapat diakses dengan mudah dari PLBN Skouw dan sering menjadi tujuan bagi mereka yang ingin menjelajahi wilayah perbatasan. Masyarakat Desa Wutung, yang merupakan bagian dari suku Sepik, menjalani kehidupan yang sebagian besar bergantung pada pertanian. Mereka menanam berbagai jenis tanaman seperti singkong, jagung, dan buah-buahan, serta terlibat dalam perdagangan lokal dengan Indonesia melalui PLBN Skouw.

Meskipun fasilitas di desa ini terbatas, interaksi aktif dengan Indonesia memberikan dampak positif pada kehidupan ekonomi penduduk setempat, memungkinkan pertukaran barang dan jasa. Desa Wutung menawarkan pengalaman yang menarik bagi pengunjung yang ingin memahami kehidupan masyarakat di perbatasan dan menikmati interaksi lintas negara. Begitu kita masuk ke Desa Wutung, kita langsung disuguhi dengan berbagai barang dagangan yang bisa dijadikan oleh-oleh atau kenang-kenangan.

Namun, yang menarik perhatian saya adalah salah satu warung yang menawarkan makanan khas setempat, yaitu sosis domba dan daging goreng domba. Saya tertarik untuk mencobanya, lalu saya langsung masuk ke warung kecil yang berlantai dan berdinding kayu. Setelah masuk, saya langsung terkesima dengan pemandangan di balik warung ini, yaitu hamparan laut yang luas dengan pinggiran pantai, pohon kelapa, dan sebuah desa di sekitar pantai. Saya sangat menikmati mencoba kuliner ini, bukan hanya karena makanannya yang lezat, tetapi juga karena pemandangan yang sangat indah.

Saya juga mencoba berinteraksi dengan warga lokal, di mana penjual sosis domba ini adalah warga asli Desa Wutung, dan ternyata mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Mereka sangat ramah saat diajak mengobrol, selalu tersenyum. Setelah puas menikmati pemandangan dan menghabiskan daging serta sosis domba, saya pindah ke spot yang banyak dikunjungi oleh pengunjung. Saya juga mengambil beberapa foto untuk diabadikan sebagai bukti bahwa saya sudah sampai di Papua Nugini, hehehe.

Setelah mengambil beberapa foto dan video, kami kembali memasuki Skouw, Jayapura, Indonesia. Cukup sudah perjalanan ke luar negeri yang sangat singkat ini, hehehe. Saat saya di sana, banyak juga warga Papua Nugini yang keluar dari Skouw karena hari ini adalah hari pasar. Warga Desa Wutung biasanya masuk ke Skouw untuk berbelanja pada hari pasar karena harga lebih murah bagi mereka. Jadi, saya menyaksikan mereka kembali ke negaranya sambil membawa belanjaan.

Saya kembali ke pos untuk mengambil ID dan kemudian berpisah dengan kakak yang menemani kami menjelajahi PLBN Skouw Jayapura. Setelah itu, saya melanjutkan perjalanan kembali ke Kota Jayapura. Saya sengaja tidak berlama-lama di sini karena saya ingin mengeksplorasi beberapa tempat lagi di Kota Jayapura.

Powered by wisp

8/19/2024
© Fitri Thoba 2024