Padamnya layanan internet serentak di seluruh kota Merauke dan sekitarnya pada tanggal 4 Januari 2024 merupakan kendala tak terduga yang saya alami di sana. Sepulang dari mengunjungi lokasi Seribu Musamus dan Pantai Onggaya, begitu tiba di rumah, saya baru menyadari bahwa internet sudah tidak berfungsi. Info yang kami terima adalah adanya kerusakan jaringan kabel optik di bawah laut pada jarak 305 kilometer dari Merauke. Dari pihak Telkom Merauke, belum ada kepastian kapan jaringan internet bisa aktif kembali.
Terputusnya akses internet di seluruh kota Merauke berdampak pada terhambatnya komunikasi dan berbagai hal lainnya. Selama waktu yang tidak dapat ditentukan, warga tidak bisa menggunakan internet atau melakukan panggilan telepon. Aktivitas yang bergantung pada koneksi internet terhenti, sehingga kehidupan terasa berhenti sejenak. Hal ini mempengaruhi rencana perjalanan saya serta komunikasi, baik dengan keluarga maupun teman.
Nah, dalam keadaan ini saya mulai panik, karena di era digital seperti sekarang ini, segala kegiatan, khususnya perjalanan saya ini, membutuhkan internet. Dari pekerjaan, rencana perjalanan, mencari teman di kota selanjutnya, hingga komunikasi dengan keluarga dan teman, semuanya jadi terhambat. Saya mengira bahwa gangguan jaringan internet ini akan kembali normal dalam beberapa hari. Namun, setelah tiga hari, masih belum ada informasi mengenai kapan jaringan internet akan kembali normal. Warga sekitar menceritakan bahwa hal serupa sudah beberapa kali terjadi di tahun-tahun sebelumnya dan bisa berlangsung 1-2 bulan. Mendengar ini, saya langsung shock dan tidak bisa berpikir lagi.
Di hari ke-5 yaitu tgl 5 januari 2024, sebetulnya saya berencana untuk mengunjungi lokasi wisata Rawa Biru yang lokasinya lumayan jauh dari kota, dengan jarak tempuh sekitar 1 hingga 1,5 jam. Di Merauke, sebenarnya cukup aman, namun selama di sana saya dihimbau oleh orang sekitar untuk tidak bepergian sendiri ke lokasi-lokasi yang cukup jauh, dan mereka juga menyarankan untuk kembali ke kota sebelum jam 6 sore untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Merauke masih banyak dihuni oleh suku pedalaman, terkadang mereka melakukan hal-hal seperti membacok atau mengejar. Sebetulnya mereka bukan ingin merampok atau berniat jahat, tetapi menurut informasi dari warga sekitar, mereka merasa terganggu dengan kehadiran orang-orang dari luar.
Karena saya solo travel, saya harus menemukan teman online yang bisa menemani saya untuk mengeksplorasi tempat-tempat yang jaraknya cukup jauh dari kota. Teman yang menjadi host saya juga bekerja, jadi hanya bisa meluangkan waktunya di hari Sabtu dan Minggu. Nah, saya sudah berkomunikasi dengan salah satu teman online dari Couchsurfing yang bernama Thomas, beliau asli warga Merauke. Kami sudah mengatur jadwal untuk mengunjungi beberapa tempat pada tanggal 5, namun karena internet terhenti pada tanggal 4, maka saya sama sekali tidak bisa berkomunikasi dengan Kak Thomas. Saya belum sempat memberi tahu lokasi saya menginap di Merauke, karena tidak terpikir sama sekali bahwa akan terjadi pemadaman internet secara total.
Sampai tanggal 7 internet belum juga aktif. Akhirnya, saya memutuskan untuk keluar dari Merauke pada hari Senin, tanggal 8. Namun, karena pembelian tiket harus dilakukan langsung di loket Bandara Mopah, saya berencana membeli tiket pesawat pada hari Minggu. Kebetulan, loket tutup pada hari Minggu, jadi saya harus membeli tiket pada hari Senin, tanggal 8, yang artinya saya bisa keluar dari Merauke pada tanggal 9. Keesokan harinya, saya datang ke loket pembelian tiket di bandara. Rasanya seperti 15-20 tahun yang lalu terakhir saya membeli tiket pesawat di loket seperti ini hahaha, pokoknya saat itu yang saya rasakan seperti kembali ke zaman 2000-an di mana tidak ada internet dan semuanya serba manual.
Dan akhirnya, pada tanggal 9 Januari 2024, saya berangkat ke kota Jayapura meninggalkan Merauke, kota pertama yang menjadi permulaan untuk perjalanan panjang saya. Namun, kendala masih berlanjut karena saya kesulitan berkomunikasi dengan teman di Jayapura. Sebelumnya, saya sudah berkomunikasi dengan salah satu teman dari couchsurfing yang akan menjadi host saya di Jayapura. Namun, karena gangguan internet di Merauke, saya baru bisa berkomunikasi lagi ketika sampai di Bandara Sentani, Jayapura. saya baru menerima pesan bahwa teman saya ini mendapat kabar duka dari keluarganya di luar pulau, sehingga ia sedang tidak ada di kota Jayapura. Akhirnya, saya menginap di hotel di Sentani.
Saya bisa berkomunikasi kembali dengan teman-teman di Merauke sekitar awal bulan Februari ketika saya sudah berada di Provinsi Maluku. Jadi, padamnya internet di Merauke berlangsung hingga satu bulan, dan selama waktu tersebut warga Merauke menghadapi kesulitan dan kerugian besar karena hampir semua aktivitas membutuhkan internet.